Tahajudku lewat hari ini. Suara adzan subuh itu yang membangunkanku.
Saya pun begegas ambil wudlu dan berjalan menuju masjid. Tiba-tiba saya dengar yang iqomah bukan dia.
Begitu sampai masjid, saya hanya mendapati satu makmum dan dia sebagai imamnya.
Saya pun bersanding menjadi makmum kedua. Dan sampai akhir sholat hanya kami berdua makmum
laki-laki itu.
“Wah, hebat cak Wakhid, semua diborong sendiri, mulai adzan sampai imam”, candaku ke Ibu sambil jalan pagi selepas dari masjid. “wong lanange jek podho haid, le [orang laki-laki nya pada berhalangan sholat, nak]”, balas canda Ibuku saat saya tanya kemana saja jamaah laki-lakinya.
Seperti halnya pasang surutnya iman, masjid ini pun pasang surut jumlah jamaahnya. Dan pagi ini,
manjadi titik kulminasi terendah keimanan itu. Mungkin jadi mereka sedang kecapekan seperti saya,
sehingga kesiangan sholat subuhnya. Mungkin jadi mereka tidur teramat malam sehingga lewat tahajud
dan shubuhnya. Mungkin jadi mereka memang dengar adzan itu tapi memilih sholat sendiri di rumah terus lanjut tidur lagi. Mungkin jadi adzan subuh itu hanya sebatas alarm, seperti alarm di hp,
bunyi dan langsung dimatikan, lanjut tidur lagi.
Subuh adalah indikator. Indikator pasang surutnya iman umat di sekitar masjid. Subuh ini menjadi ramai ketika kadar keimanan warganya sendang tinggi. Tapi subuh pagi ini sangatlah sepi. Apakah ini indikator bahwa iman warga nya sedang pada titik terendah?
Subuh adalah indikator kehidupan warganya. Manajemen sholat subuh lebih sulit dibandingkan dengan sholat lain.
Subuh adalah tentang manajemen tidur, ketika kita tidak disiplin tidur tepat waktu, jangan harap bisa subuh dengan baik, apalagi tahajud. Subuh adalah tentang manajemen komitmen, ketika kita tidak membangun komitmen yang kuat, jangan harap bisa subuh dengan tepat. Subuh adalah tentang kemandirian jiwa, ketika kita masih berharap untuk dibangunkan, jangan harap subuh akan bangun.
Subuh adalah tentang manajemen pikiran, ketika kita banyak masalah dan membawanya tidur, jangan harap subuh menjadi indah.
Subuh adalah tentang manajamen kematian, jangan harap kita bangkit subuh dengan baik ketika akhir dari hidup (awal tidur) tidak berbekal dengan kebaikan. Tutup hari dengan berhitung, hari ini lebih baik atau lebih buruk kah dari hari kemarin? Banyaklah meminta ampunan pada Tuhan atas hari ini. Berharaplah ketika dibangunkan besok atau bahkan saat “dibangkitkan” kelak kita dalam keadaan baik. “dengan namamu wahai Tuhan, aku hidup dan aku mati”.
Subuh adalah indikator kebahagiaan. Tidaklah bangkit dari bangun subuh bagi mereka yang punya harapan jelak. Mereka sambut subuh dengan semangat dan penuh harap bahwa hari ini adalah surga. Bangunnya mendahului bangunnya matahari. Hatinya lebih terang dari matahari. Sebab bagi mereka, “hati ini menjadi terang ketika terbitnya mendahului matahari dan hati ini menjadi gelap ketika matahari mendahuli terbit hatinya”
Subuh adalah indikator hari ini bagi Anda. Subuhanallah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar